Universitas swasta yang terletak di Jalan DI Panjaitan – Jakarta Timur itu berada di antara jalan uatama, satu jalan sekunder, sebuah sungai yang kalau musim banjir pasti meluap, dan rumah2 penduduk yang padat. Dan di antara kepadatan rumah2 penduduk itu terdapat suatu kisah mesum. Kisah ini terjalin antara mahasiswa yang kuliah universitas swasta tersebut dan pemilik kos2an di mana sang mahasiswa tinggal ngekos.
Bangunan itu terdiri atas rumah2 petak sebanyak 5 pintu yang masing2 petak terdiri atas 3 ruangan. Di samping rumah2 petak tersebut menempel rumah utama yang merupakan tempat pemilik kos2an tinggal. Nama pemilik kos2an adalah **** Imron. Biasa dipanggil oleh tetangga dan mahasiswa dengan sebutan Pak ****.Tempat kos2an dan rumah utama ini di kelilingi oleh pagar besi setinggi 1,5 meter di bagian depan yang memiliki dua pintu masuk dan pagar tembok di tiga sisi lainnya setinggi 3 meter. Halamannnya dihampari oleh konblok dan dihiasi oleh berbagai tanaman, sehingga terlihat sangat rapi, asri, anggun, dan sejuk. Kos2an ini hanya diperuntukkan bagi mahasiswa. Di sinilah Zalli, mahasiswa di universitas swasta itu tinggal. Sudah 3 bulan ia tinggal di sini. Zalli adalah mahasiswa asal Cikampek, tetapi ia bukanlah asli Cikampek.
**** Imron memiliki 3 orang anak. Satu laki2, dan dua perempuan. Dua anaknya sudah berkeluarga, sedangkan satu lagi yang laki2 masih duduk di kleas 2 SMU. Yang paling menarik hati Zalli adalah Bu Yun, Istri Pak **** Imron. Walau usianya sudah 43 tahun penampilanya masih seperti umur 30-an. Bu Yun selalu ramah pada tetangga maupun mahasiswa2 yang ngekos di rumahnya. Bodynya bongsor, berkulit kuning langsat, dan selalu memakai kerudung. Bila ia keluar dengan mobil Innova-nya ia akan memakai kaca mata hitam sebagai hiasan. Zalli sering mencuri pandang mengamati Bu Yun. Pernah Zalli menggoda Bu Yun ketika Zalli hendak berangkat ke kampus dengan motor Honda nya sedangkan Bu Yun hendak keluar dengan Kijang Innova-nya.
“Wah, Bu Yun, gayanya seperti cewek2 di kampusku aja nih..,”goda Zalli
“Iya dong, Zal. Biarpun udah tua harus tetap jaga penampilan lho...harus semangat seperti anak2 muda,”balas Bu Yun sambil melemparkan senyumnya.
“Iya deh, Bu Yun. Aku setuju kok..,”ujar Bu Zalli. “Aku duluan ,Bu Yun,”seru Zalli sambil melajukan motornya.
Setiap Zalli pulang malam, Zalli sering mengamati Bu Yun nongkrong sendirian di ruang tengah menonton televisi. Bahkan kadang sampai larut malam. Yang paling membuat Zalli kagum sekaligus ngiler adalah ketika suatu sore ia bertamu sekaligus hendak membayar uang kontrakan bulanan. Zalli diterima oleh Bu Yun di ruang tengah yang sejuk dan asri itu. Bu Yun menemuinya dengan celana pendek yang ketat dan kemeja yang longgar. Bu Yun hanya senyum2 saja melihat Zalli yang kikuk dan mata Zalli yang kadang2 melirik ke pahanya. Di dalam rumahnya Bu Yun memang sering memakai celana pendek dan melepaskan kerudungnya.
Setelah keluar daru rumah Bu Yun dan sampai di kamarnya sendiri, Zalli membayangkan semua yang baru saja dilihatnya. Paha putih yang gempal dan padat. Sangat mulus, pikir Zalli. Dan Zalli yakin di balik kemeja longgar yang dipakai Bu Yun terdapat kulit yang putih-mulus dan buah dada yang besar. Zalli sering membayangkan bisa menggumuli tubuh Bu Yun yang bongsor dan putih mulus itu. Zalli juga sering membayangkan Vagina Bu Yun, pasti tebal dan empuk gumamnya dalam hati. Tetapi Zalli lalu tersenyum masem karena tubunya termasuk agak kurus walaupun ia memiliki tinggi 173 cm. Kalau sudah begitu Zalli akan mengusap-usap Penisnya lalu melepaskan pusingnya di kamar mandi.
Pak **** Imron termasuk tuan tanah. Ia memiliki beberapa kos2an dan sejumlah rumah yang dikontrakkan. Semua tersebar di wilayah Jabodetabek. Ia paling sering ke wilayah Depok. Selain mengunjungi anaknya dan rumah kos2an yang pengelolaannya diserahkan pada anaknya juga karena di sebelah kos2an itu terdapat kolam pancing yang yang cukup ramai dikunjungi. Kolam pancing itu juga dikelola oleh anaknya dan menantunya di samping beberapa pembantu. Hampir setiap hari Pak **** Imron pergi ke Depok. Kalau sudah asyik memancing Pak **** Imron bisa menginap sampai 3-4 hari.
Suatu sore Zalli berjalan ke samping rumah utama yang ditanami beberapa batang pohon jambu Taiwan. Ia bermaksud mengambil beberapa buah jambu Taiwan. Pak **** dan Bu Yun memang tidak melarang anak2 kosnya mengambil hasil tanaman yang ada di sekitar rumah itu. Karena kadang2 anak2 kos juga ikut membantu mengurusi tanaman2 tersebut. Saat itu beberapa pohon jambu sedang berbuah. Buahnya besar2 dan siap dipanen.
Pohon2 itu terletak di antara tembok pagar dan tembok dinding rumah utama. Ketika ia hendak melangkah ke rimbunan pohon jambu, ia melihat daun jendela yang menghadap ke pohon2 jambu itu terbuka. Itu merupakan kamar tidur Pak **** dan Bu Yun. Ia seketika ragu. Tetapi di benaknya adalah bahwa tadi pagi ia melihat Pak **** dan Bu Yun keluar rumah memakai Suzuki Escudo. Dan ketika ia terbangun sore ini Suzuki Escudo belum ada di halaman. Ia hendak membatalkan niatnya karena takut jangan2 ketika ia tertidur tadi Pak **** dan Bu Yun pulang dan Suzuki Escudo mungkin dipinjam seseorang atau salah satu anaknya. Setelah beberpa detik, Zalli memutuskan memeriksa perlahan. Ia berjalan di atas teras keramik samping yang sempit. Dengan ujung matanya ia mencoba meneliti kamar itu. Untunglah…,pikirnya. Kamar itu kosong. Lalu Zalli pun melanjutkan niatnya. Ia mengambil beberapa buah jambu. Ketika ia hendak berbalik, Zalli sangat kaget dan pucat. Karena pada saat yang sama ia melihat Bu Yun masuk ke dalam kamar. Bu Yun hanya memakai celana pendek yang sangat ketat. Dan di atasnya, seluruh kancing kemeja Bu Yun belum terpasang sehingga memperlihatkan perut dan pusarnya yang mulus dan putih dan juga BH nya yang membungkus dadanya yang besar. Bu Yun juga kaget dan hampir berteriak. Tetapi ketika menyadari bahwa orang yang ada di samping rumah adalah Zalli ia hanya kaget sebentar saja. Tangannya bergerak mengatupkan kemejanya tanpa memasang kancingnya.
“Ah…kirain tadi siapa…Ibu kaget setengah mati,”seru Bu Yun dari dalam kamar. Ia melipat kedua tangan diperutnya sehingga kemejanya tidak terbuka.
“Maaf Bu Yun…maaf…Maaf Bu Yun…tadi Aku kira Bu Yun pergi dengan Pak ****…jadi Aku berani ke sini,”Zalli berusaha menjelaskan. Ia terlihat kikuk dan agak malu2.
“Iya sudah…kirain siapa..,”kata Bu Yun. Ia tersenyum pada Zalli.
“Maaf Bu Yun…,”kata Zalli berjalan menunduk. “Permisi Bu Yun…,” kata Zalli permisi dan melihat ke Bu Yun sebentar. Bu Yun mengangguk tersenyum. Ketika Zalli melihat Bu Yun sebentar, ia sempat melirik ke dada Bu Yun yang tidak begitu serius menutupi bagian dadanya.
Sesampai di kamarnya, Zalli malah tidak memperdulikan jambu yang baru saja diambilnya. Yang ada dalam pikirannya adalah pusar, perut, dan BH Bu Yun. Ia terduduk dalam kasurnya. Memandang langit2 kamarnya. Bayangan Bu Yun yang super seksi tadi memenuhi angannya. Ia menggerakkan tangannya mengusap-usap Penisnya yang seketika menegang keras. Zalli menghempaskan punggunya ke kasur. Menarik tangannya dari selangkangannnya. Ia merenung, jika tadi di belakang Bu Yun muncul Pak ****, maka ia akan kena tegur.
Ketika Zalli masih berusaha menenangkan pikirannya tiba2 handphone-nya berbunyi. Zalli mengambil handphone-nya.
“Hallo..”jawabnya. Tapi diseberang tidak ada jawaban. Panggilan itu terputus. Zalli mengamati nomor “Received Calls” pada handphonenya. Nomor yang tidak dikenalnya. Ia meletakkan handphone itu. Tetapi ketika teringat dengan seorang cewek yang baru dikenalnya kemarin ia meraih lagi handphone tersebut. Siapa tahu cewek itu, pikir Zalli. Zalli memanggil nomor itu.
“Hallo…,”panggilnya.
“Hallo…emang kamu gak kuliah..?”seketika Zalli heran. Ada riak senang dalam hatinya. Suara itu adalah suara Bu Yun.
“Eh, Bu Yun…eh..nggak Bu Yun…hari ini Aku emang ga ada jadwal kuliah…,”ujar Zalli dengan suara yang dibuatnya sedemikian rupa.
“Hhhmm, gimana jambunya? Enak ga?”tanya Bu Yun di seberang. Suaranya terdengar akrab dan manis di telinga Zalli
“Ah, belum sempat Bu Yun…baru juga mau makan…dari bentuk dan warnanya kayaknya enak sih..,”kata Zalli mencoba berakrab-akrab ria.
“Ntar kalau udah makan bilang ibu iya. Kalau enak Ibu juga mau ambil,”
“Iya Bu Yun…,”jawab Zalli. Ketika ia merasa Bu Yun hendak menutup pembicaraan, Zalli buru-buru bertanya.”Ehh, hhmmm…maaf Bu, Pak **** kemana? Tadi sepertinya Aku lihat bareng Bu Yun keluar,”
“Tadi pagi emang keluar bareng Ibu tapi sebentar aja ke salon. Trus pulang. Sekarang bapak ke Depok….,” kata Bu Yun menjelaskan.
“Ohh..iya udah deh bu…maaf tadi ya Bu Yun…Aku tidak tahu..,”ujar Zalli.
“Hmmm-hhmm..,”Bu Yun tertawa kecil di seberang.”Nanti kalau udah dimakan jambunya jangan lupa sms bilang ibu ya. SMS aja enak apa nggak..!”
“Iya bu..”ujar Zalli. Dan pembicaraan pun selesai.
Malamnya jam tujuh setelah makan, Zalli mengambil HP-nya. Ia belum memakan jambunya, tetapi dalam hatinya ia akan mengatakan saja bahwa jambu itu enak.
“Malam Bu Yun…jambunya enak,”begitu is isms Zalli.
“Bener enak?”balas sms Bu Yun.
“Iya Bu. Bener enak”.
“Kamu lagi ngapain?”sms Bu Yun.
“Gak lagi ngapain Bu. Tiduran aja,”balas Zalli sambil heran dgn isi sms Bu Yun.
“Emang ga keluar? Mahasiswa kan ngapelnya ga cuma malam minggu”balas Bu Yun lagi.
“Nggak Bu. Lagi pengen di rumah aja. Maaf, kalau Bu Yun sedang apa?”sms Zalli.
“Lagi sms an ama kamu..hehe..!”jawab sms Bu Yun. Isi sms ini membuat Zalli senang setengah mati. Ia tersenyun-senyum dalam hati. Zalli agak bingung untum membalas. Ia tidak tahu hendak mengetik apa. Tiba2 sms Bu Yun masuk lagi.
“Tadi kamu lihat ibu ya..?”
Zalli hampir berteriak senang setengah mati membaca sms ini. Ia membaca sms itu berulang-ulang. Ia berpikir sejenak untuk membalas apa.
“Hhmm, iya bu. Maaf…Aku tadi tidak sengaja..,”akhirnya hanya itu yang ditulisnya.
“Gak sengaja tapi dah lihat ya…?”sms Bu Yun. Zalli jadi makin semangat.
“Iya bu. Maaf…Aku ga ingat lagi kok Bu…tapi…,”balas Zalli. Ia sengaja menggantung sms nya untuk membuat Bu Yun yang sering diidam-idamkanya jadi penasaran. Tetapi setelah Zalli menunggu 5 menit Bu Yun tidak lagi membalas. Ia pun ragu untuk mengirim sms lagi.
Ketika ia hendak meletakkan HPnya, Bu Yun menelepon. Zalli bersorak dalam hati.
“Hallo…,”sahut Zalli dengan suara dibuat merdu.
“Tapi apa, Zal?”tanya Bu Yun pelan. Suaranya agak sengau.
“Nnnggg…apa ya…? Zalli menyahut dengan canda.
“Apa..ayo apa..?”desak Bu Yun dengan nada seperti tertawa.
“Hhmm…tapi aku senang aja melihatnya…,”akhirnya Zalli memberanikan diri.
“Hhhmmm…kamu ini…kirain apa tadi…emang kamu lihat apa coba..?”tanya Bu Yun.
“Lihat sesuatu…nnggg…yang pengennya ga cuma dilihat…,”Zalli makin berani menggoda.
“Emang pengennya diapain..?”
“Susah dibilangin dengan kata-kata Bu…hehe…,”Zalli tertawa renyah.”Susah bilanginnya…tapi kalau tiba2 ada di sini…ah..gau taulah…,”Zalli dengan berani menggoda lebih jauh.
“Heheh….kamu…,”hanya itu ucapan Bu Yun.
“Ibu lagi di mana?” Tanya Zalli.
“Lagi di kamar, kenapa?”Tanya Bu Yun.
“Ga…nanya aja kok Bu..!”ujar Zalli.
“Hhhmm..iya udah iya, Zal,”kata Bu Yun menutup pembicaraan.
“Iya Bu. Met malam..,”sahut Zalli
“Iya..,”balas Bu Yun sambil menutup pembicaraan.
Dalam kamarnya Zalli tersenyum-senyum senang. Entah kenapa nafsu birahinya timbul. Ia tidur2an di kasurnya sambil senyum-senyum mengingat semua pembicaraan dengan Bu Yun. Lalu dua jam kemudian sms Bu Yun masuk lagi.
“Nonton MetroTV deh…acaranya bagus…,”demikian isi sms Bu Yun.
Zalli yang memang sedang nonton MetroTV di kamarnya lagsung membalas dengan semangat.
“Iya. Ini juga lagi nonton MetroTV kok Bu. Bu Yun belum bobo..?”tanya Zalli dalam sms nya. Sengaja ia memilih kata “bobo” untuk membuat suasana jadi nyaman.
“Belum..kan masih jam 10…,”balas sms Bu Yun.
“Masih di kamar?” Zalli sengaja menanyakan ini.
“Iya…,”jawab Bu Yun
“Di tempat tidur..?” tanya Zalli
“Iya…,”jawab Bu Yun
“Hehe..sama dong…,”balas Zalli genit. Tetapi Bu Yun tidak lagi membalas.
Sekitar jam 12 malam ketika Zalli dilanda kantuk. Bunyi sms masuk ke HP nya.
“Udah bobo..?” itu isi sms Bu Yun
“Belum…Bu Yun belum bobo..?”Zalli membalas
“Belum juga…masih nonton..,”
“Sama dong…”isi sms Zalli. Kembai lagi Bu Yun tidak membalas. Tetapi entah kenapa Zalli mengurungkan niatnya tidur. Entah kenapa ia yakin Bu Yun akan sms lagi. Tetapi kali ini tidak lagi.
Sekitar jam setengah satu malam yang ada adalah “missed call” dari Bu Yun. Zalli menelepon balik. Tapi tidak telepon tidak diangkat.
“Belum tidur..?”Zalli coba kirim sms. Tetapi setelah menunggu sepuluh menit tidak ada jawaban, Zalli akhirnya meletakkan HPnya. Dan menghempaskan badannya ke kasur. Sekitar jam 02.10 HP nya berbunyi. Di seberang terdengar suara Bu Yun yang agak sengau dan manja.
“Lagi ngapain, Zal..?”tanya Bu Yun.
Zalli menjawab dengan segenap keyakinan dan keberanian.
“Belum bisa tidur Bu. Gara-gara pemandangan tadi siang di kamar Bu Yun,”Zalli menahan nafasnya ketika berbicara. Ia pun membuat suaranya agak sengau dan lirih.
“Hhhmm…terus..?”sahut Bu Yun
“Iya jadi susah tidurnya nih…,”Zalli merengek. Lalu Zalli menyambung lagi.”Bu…!”
“Apa..?jawab Bu Yun
“Tapi jangan marah ya Bu…,”ujar Zalli
“Gak kok..apa..?”tanya Bu Yun.
“Hhhhmm..boleh ga Aku kesitu sekarang…?”tanya Zalli dengan suara dibuat merdu. Dadanya berdegup ketika mengucapkan kata-kata itu.
“Hhhmm kamu…,”hanya itu ucapan Bu Yun.”Udah iya..,”ucap Bu Yun.
Pembicaraan seketika terputus. Zalli terdiam. Tetapi hanya berselang dua menit bunyi sms masuk ke HPnya.
“Pintu samping terbuka…kutunggu..,”demikian isi sms Bu Yun.
Zalli langsung gembira. Badanya dipenuhi nafsu sex. Ia merasakan Penisnya semakin menegang saja. Dengan perlahan ia keluar kamar dan melintasi halaman menuju pinti samping. Ketika sampai di pintu samping dengan yakin ia mendorongnya. Pintu itu terbuka. Di dalam cahaya yang remang ia melihat bayangan Bu Yun dengan celana pendek dan baju tidur yang ketat. Bu Yun menarik tangannya dan menutup pintu. Ketika Bu Yun membelakanginya sambil mengunci pintu, Zalli langsung memeluk Bu Yun dari belakang. Ia menekan pantat Bu Yun dengan bagian Penisnya yang tegang. Kedua tangannya melingkari pinggang Bu Yun. Zalli dengan liar mendaratkan ciuman2 di trengkuk Bu Yun. Bu Yun langsung berbalik. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Zalli dan dengan agresif menarik tubuh Zalli ke tembok. Dalam hitungan detik bibir Zalli sudah dilumat oleh Bu Yun. Zalli membalas dengan memutar dan memilin lidahnya. Zalli menarik lidah Bu Yun dengan lidahnya. Bu Yun membalasnya dengan pagutan dan lumatan yang bergelora. Zalli menarik tubuh Bu Yun sehingga kini Zalli yang bersandar di tembok ruangan belakang itu. Mereka saling menciumi dan menjilati dengan liar.
Mulut Bu Yun tak henti-henti mengeluartkan bunyi kecipak ketika mulut Zalli menyedoti lidah dan bibir Bu Yun. Bu Yun makin dipenuhi nafsu birahi. Ia makin merapatkan tubuh ke dalam pelukan Zalli. Zalli menariknya penuh nafsu dan meremasi pantat dan pinggul Bu Yun. Bu Yun melingkarkan satu tangnnya di leher Zalli dan satunya lagi merababi leher Zalli. Mulutnya tidak berhenti melumat lidah dan mulut Zalli. Bu Yun menggeserkan badannya agak ke bawah. Ketika Bu Yun merasakan Penis Zalli yang tegang telah berada di daerah selangkangannya, ia membuka paha sedikit lalu merapatkannya. Zalli membalas dengan menekan Penisnya ke arah Bu Yun. Lalu Bu Yun menggesek-gesek Penis Zalli dengan Vaginanya yang masih tertutup celana pendek. Zalli membalas dengan sodokan ke depan sambil meremasi pantat Bu Yun. Ciuman dan jilatan mereka makin penuh nafsu dan semakin liar. Zalli mengulum bibir Bu Yun. Lalu menarik bibir Bu Yun dengan sedotan mulutnya. Ketika bibir Bu Yun terlepas, Zalli merangsek ke leher Bu Yun. Bu Yun menengadah sambil bagian selangkangannya tetap digesek-gesekkan ke selangkangan Zalli. Zalli makin nafsu. Ia menciumi bagian atas dada Bu Yun. Bu Yun makin menengadah…badannya dilengkungkan.
“Hhhmmmhhaahh…jangan bikin merah di situ yah..,”desah Bu Yun
“Mmmhhaahh…,”Zalli hanya mendesah penuh nafsu. Ia membuka kancing depan baju tidur Bu Yun. Lalu membenamkan wajahnya di dada Bu Yun yang besar. Zalli menggeser BH Bu Yun ke atas. Lalu tangannya meraih buah dada yang besar itu. Ia lalu menciumi dan menjilatinya.
“Mmmhhoohhh…,”desah Bu Yun. Zalli makin bernafsu mendengar desah penuh nafsu Bu Yun. Ia menjilati puting susu Bu Yun lalu menyedotinya.
“Mmmhhhoohhh…hhhoohh…ooohhh…hhhooohhhh…,”begitu desahan penuh nafsu Bu Yun setiap kali Zalli menyedot puting susu Bu Yun dengan keras. Tubuh Bu Yun makin melengkung. Ia membusungkan dadanya, menekankan buah dadanya ke mulut Zalli. Bu Yun melihati mulut Zalli menjilati,menciumi, dan mengisap-isap buah dadanya. Bu Yun makin keras menggesekkan selangkangannya ke bagian Penis Zalli. Tangan kirinya mendekap kepala Zalli untuk terus menciumi buah dadanya sementara tangan kanannya merabai dada Zalli dan memijat-mijat puting susu Zalli yang kecil. Mulut Zalli mengecupi puting susu Bu Yun, menyedotinya, lalu menarik-nariknya dengan mulutnya.
“Hhhmmhhoohh…hhoohhh…hhaaahhh…nngggoohh…,”hanya desah penuh nafsu itu yang keluar dari mulut Bu Yun.
“Mmhhhhh…Zal..Zal…,”bisk Bu Yun di telinga Zalli. Zalli terus saja menyedot-nyedot susu Bu Yun. Pikiran Zalli sudah dipenuhi nafsu sex.
“Zal…hhhmm…Zal…ke kamar aja…,”bisik Bu Yun.
Zalli mengendorkan pelukannya. Bu Yun menarik tubuhnya dari pelukan ketat Zalli. Ia bergerak ke saklar. Klik!!Lalu seluruh ruangan tengah yang menuju kamar Bu Yun yang terlihat dari luar kalau lampu menyala langsung gelap. Zalli kembali merangkuli tubuh Bu Yun dan menciumi bibirnya. Bu Yun membalas dengan tak kalah agresif. Bu Yun meciumi Zalli, memeluknya, dan menariknya. Zalli mengikuti gerakan Bu Yun. Bu Yun dan Zalli tetap berpelukan dan berciuman ketika meraka melangkah ke kamar. Ketika akhirnya sampai di kamar, Bu Yun menarik tubuh Zalli ke kasur. Zalli tertarik menindih tubuh Bu Yun. Kaki Bu Yun terbuka menjuntai di lantai sementara tubuhnya rebah di kasur. Zalli menunduk menggumulinya. Ia menempatkan bagian Penisnya di selangkangan Bu Yun yang terbuka. Zalli bisa merasakan empuknya Vagina Bu Yun yang masih terbungkus celana pendek ketat. Mulutnya menciumi pusar Bu Yun sambil kedua tangannya menelanjangi tubuh bagian atas Bu Yun. Bu Yun tak kalah agresif membuka baju Zalli. Ciuman Zalli makin liar. Mulutnya bergerak ke pinggul Bu Yun. Kedua tangannya membuka celana ketat pendek Bu Yun. Ia membukanya perlahan-lahan. Bibirnya merangsek menciumi bagian celana dalam Bu Yun yang terlihat. Bu Yun hanya melihati Zalli. Ketika akhirnya celana pendek itu lepas, terlihatlah gundukan Vagina Bu Yun yang tebal terbungkus celana dalam putih.
“Mmhhhoooh..,”desah Zalli sambil mengecup permukaan celana dalam itu pelan. Lalu ia berdiri membuka celananya. Ia berdiri telanjang bulat dengan Penis yang mengacung tegang. Bu Yun memandangi Penis Zalli. Zalli berdiri mengocok Penisnya sebentar lalu membungkuk membuka celana dalam Bu Yun. Kini tubuh bugil Bu Yun terpampang di depanya.
Zalli mendekatkan mulutnya ke Vagina Bu Yun yang dipenuhi jembut lebat. “Nnnggghhooohh…,”Zalli mendesah ketika mengecup permukaan Vagina Bu Yun.
Bu Yun mengangkangkan pahanya lebar-lebar dan mengangkat pantatnya ketika mulut Zalli menyentuh permukaan Vaginanya. Zalli lalu mendorong tubuh Bu Yun perlahan ke tengah tempat tidur. Di tengah2 tempat tidur itu Bu Yun telentang pasrah dengan paha terbuka. Ia melihat Zalli mendatangi ke tengah tempat tidur dengan Penis yang teracung tegang. Ketika Zalli telah memasuki pahanya yang terbuka lebar,Bu Yun melihat Zalli mengocok-ngocok Penisnya. Lalu ketika Zalli mulai bergerak menindihnya, Bu Yun merasa darahnya mendesir. Ia makin melebarkan pahanya. Ia merangkul leher Zalli. Zalli menindih tubuh Bu Yun dan mencium mulutnya. Bu Yun membalasnya dengan mengulum bibr Zalli. Zalli mengerakkan pantatnya, dengan Penisnya yang tegang ia mencari Vagina Bu Yun. Akhirnya ujung Penis Zalli merasakan permukaan Vagina Bu Yun yang basah. Ia menekan-nekannya perlahan. Bu Yun membantunya dengan menggerakkan pinggulnya. Zalli merasakn ujung Penisnya masuk sedikit di celah Vagina Bu Yun. Bu Yun merapatkan selangkangannya. Lalu Zalli menusukkan Penisnya.
“Hhhooohh Bu Yun..,’desahnya seraya menusukkan Penisnya.
“Nnngghhhoohhh Akung…,”desah Bu Yun. Bu Yun merasakan Penis Zalli melesak memasuki Vaginanya yang basah. Bu Yun menggerakkan pinggulnya menyambut Penis Zalli yang menusuk lobang Vaginanya. Lalu seketika melingkarkan pahanya di pinggul Zalli.
“Hhhooohhh Akung….besar sekali Penismu…,”desah Bu Yun di telinga Zalli. Desahan ini membuat Zalli berkobar. Ia menarik Penisnya dan menusukkannya dengan cepat ke dalam lobang Vagina Bu Yun. “Hhhhhooohhh Bu Yun…hhoohhh...”Zalli mengerang penuh nafsu.
“Hhhoohh Akung..kocok terus…hhoohh..enak sekali Akung..hhoohh..,”Bu Ijah mendesah lirih sendu di telunga Zalli.
“HHoohh…hhoohh….hhoo enak sekali..hhohh..hhoohh…Bu Yun Akung…hhoohhh…hhhoohhh…,”Zalli mengerang penuh nafsu. Zalli menggerakkan pantatnya naik-turun. Ia menggenjoti tubuh Bu Yun dengan cepat. Penisnya keluar masuk dengan cepat dan kuat dalam lobang Vagina Bu Yun. Bu Yun makin mengetatkan selangkangannya di pinggul Zalli.
“Oooohhh Akung…genjot Akung…hhhoohh …entoti terus Akung…hhhooohhh…hhhoohhh..enak sekali tusukan Penismu Akung…hhoohh…entotin yang lama say…ooohhh…Akung…oohhh…,”Bu Yun mendesah penuh nafsu. Zalli merasakan tubuhnya dan tubuh Bu Yun hangat. Ia melihat wajah Bu Yun yang redup penuh nafsu. Ia melihat wajah Bu Yun bergerak-gerak mengikuti setiap tusukan Penisnya. Ia merasakan nikmat yang luar biasa di ujung Penisnya ketika menusuki bagian dalam lobang Vagina Bu Yun. Bu Yun merasakan tusukan-tuskan dalam lobang Vaginanya begitu cepat. Ia melebarkan pahanya dan betisnya merangkul pinggul Zalli.
Dengan matanya yang sayu Bu Yun melihat pantat Zalli naik-turun memompa dan menggenjotinya. Seiring itu lobang Vaginanya merasakan nikmat yang penuh sensasi ditusuki Penis Zalli. Ia menggerakkan tanggannya merangkul pinggang Zalli. Berusaha menguasai dan memiliki tubuh yang sedang menggumuli dan menggagahinya.
“Hhhhoohhh Akung… entotin Vaginaku say…ooohhh…terus say..hhhoohh..enak sekali Akung…oooohhh….,”Bu Yun makin gelap mata menahan nikmatnya senggama itu.
“Iya say…hhoohh..iya Akung…,”bisik Zalli penuh birahi di telinga Bu Yun. Ia makin merapatkan tubuhnya yang penuh keringat ke tubuh Bu Yun.”Iya say..hhhoohh..iya say…enak sekali mengentotimu say…hhhoohh..,”erang Zalli lirih. Bu Yun makin dipenuhi birahi nafsu. Dengan kedua tangan mencengkeram erat pinggang Zalli ia menggerakkan pinggulnya makin liar menerima tusukan-tusukan Penis Zalli dalam lobang Vaginanya.
“Hhhhggggg….nnggghhooohhh…nnnggghhhhoohhh…,”Bu Yun makin ketat menempelkan memenya ke pangakal Penis Zalli.. Zalli merasakan tubuh Bu Yun makin hangat, dan mulai bergoyang liar tidak teratur. Zalli tahu Bu Yun sesaat lagi akan mengalami orgasme. Zalli memacu tusukan Penisnya makin cepat. Ia terus memompa dan menggenjot. Lalu ia merasakan pangkal paha Bu Yun makin melebar dan mendesak ke tubuhnya. Tangan Bu Yun mencengkeram kuat pinngangnya….
“Hhhhggggghhh…nnggghhhhooohh..Zal…nnggghhhoohhh…oo oohhh…hhhggg..,” desahan sengau penuh nafsu Bu Yun tiba2 tertahan dan seketika Zalli merasakan lobang Vagina Bu Yun berdenyut-denyut cepat, dan seiring itu Penisnya merasakan siraman mani yang hangat dalam lobang Vagina Bu Yun. “Hhhngghhoohhh..hhhoohhh…ooohh..nnggghhhooohhh…,” Bu Yun tak henti2 menjerit keenakan merasakn orgasmenya. Zalli memacu makin kuat dan.
“Hhhhnggghhhoohhh…hohohh..ohhhh..,” tak lama berselang Zallipun menghujamkan kotolnya dalam2 dan kuat dalam Vagina Bu Yun. “Hhhaahh..hhhaaahhh…,”desah Zalli memuncratkan maninya dalam Vagina Bu Yun. Penisnya menyemprotkan mani berkali kali. Penisnya mengangguk-angguk dalam Vagina Bu Yun. Bu Yun merasakan lobang Vaginanya dipenuhi mani yang hangat. Ia merem-melek menikmati Penis Zalli yang berdenyut-denyut dalam lobang Vaginanya. Bu Yun terus merasakan gerakan pinggulnya yang belum berhenti bergerak otomatis karena orgsmenya. Ia meraih mulut Zalli dan seperti kehausan langsung menciumin dan mengulumnya liar.Zalli membalas lumatan mulut Bu Yun. Matanya merem-melek menahan nikmatnya orgasmenya sambil tak berhenti mengulumi bibr Bu Yun.
Lalu akhirnya ciuman2 mereka mulai longgar seiring makain lemahnya denyutan2 yang mereka rasakan dalam alat senggama mereka berdua. Dan akhirnya gerakan2 itu berhenti. Bu Yun mendenguskan nafas sambil merentangkan kedua tangannya lebar2 ke kiri-kanan. Ia memalingkan wajah ke samping. Zalli melemaskan tubuhnya di atas tubuh Bu Yun. Wajahnya menelungkup di sisi leher Bu Yun. Ia mendesahkan nafas satu-satu.
Kurang lebih lima menit mereka diam membisu. Mereka masih merasakan suhu tubuh yang hangat.
“Zal…,”Bu Yun menggerakkan tangannya ke punggung Zalli. Dan merabanya.
“Nggghhahh…,”Zalli menyahut lemah. Ia bergulir turun dari atas tubuh Bu Yun. Bu Yun mengejarnya dan memeluknya. Mulutnya mengulum lembut bibir Zalli.
“Zal, kamu memang sering memimpikan hal ini kan..,”bisik Bu Yun.
“Iya…sangat sering…,”jawab Zalli pelan sambil memadangi mata Bu Yun.
Aku tahu…,”kata Bu Yun. “Dari caramu memandangi aku, aku tahu kamu sering menginginkan ini. Aku juga Zal..,”bisik Bu Yun lagi. Tangannya membelai-belai puting Zalli yang mungil.
“Kok bisa..? Ibu cantik. Putih. Tubuh ibu juga bongsor dan seksi sekali. Sedangkan aku bisa dibilang agak kurus…,”kata Zalli.
“Nnngghhhmmmmaahh…,”desah Bu Yun sambil mengulum lagi bibir Zalli. Zalli membalasnya. “Justru karena badanmu ini yang bikin ibu penasaran. Karena orang yang punya badan kurusnya seperti kamu ini pasti memiliki nafsu yang besar. Dan ibu sering mebayangkan nafsumu seperti apa. Apalagi kamu sering memandangi ibu. Dan tadi nafsumu udah bikin ibu gelap mata..,”jelas Bu Yun. Zalli lalu mendesakkan badannya ke tubuh bugil Bu Yun. Memeluknya erat. Menciumi lehernya. Zalli berbisik di telinga Bu Yun…,”Bu, aku tidur di sini yah…?”
“Iya Akung…,”jawab Bu Yun membalas merengkuh tubuh Zalli.
Malam itu Zalli tidur di ranjang yang biasa jadi tempat tidur Bu Yun dan Pak ****. Menjelang subuh mereka kembali menuntaskan nafsu syahwat mereka. Yang berlanjut hingga esok siangnya.
Sejak itu Bu Yun makin jarang mengikuti Pak **** mengawasi rumah2 mereka. Ia lebih senang tinggal di rumah dan mengikuti dorongan nafsu seksnya. Zalli berkali-kali menggumuli tubuh Bu Yun mulai dari kamar mandi, ruang tengah, dapur, sampai kamar tidur. Ia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar