Cerita Sex : Kresna

“Kau ingat ini hari apa Langit biru?” Gadis berambut panjang lurus itu menyentuh wajah sebuah patung lilin berwujud seorang pria disudut kamarnya yang gelap. Wajahnya yang ayu dan tatapannya yang lembut tampak begitu bahagia saat membelai pipi dan hidung mancung yang terpahat dengan sangat sempurna disana.


“Kenapa kau diam?” Gadis itu mengerucutkan bibirnya saat tak ada jawaban yang keluar dari bibir sang pria. Tentu saja karena dia hanyalah sebuah patung. “Baiklah akan kuingatkan,” Gadis itu kembali berbicara dan berlahan mengecup bibir patung miliknya. Kalau saja ada orang yang melihatnya pasti sudah menganggapnya gila.


Dia tersenyum sangat manis. Begitu bahagia dan seolah tak ada beban sedikitpun dimatanya yang selalu tampak sayu. “Kau ingat kan hari ini genap 8 tahun kita tinggal bersama? Hehehm...” Tawanya menyiratkan kebahagiaan. “Malam itu kau adalah laki-laki yang sangat tampan yang ada didalam pesta kelulusan itu. Semua mata gadis-gadis memandangmu dengan tatapan ingin memiliki, tentu saja termasuk aku,” Kenangnya dengan senyum getir.


Lalu tatapannya berubah. Mata yang menyiratkan kesejukan disetiap tatapannya berubah mendung penuh kesedihan. “Tapi...,” Gadis itu menundukkan kepalanya, mengehla nafas panjang dan menghembuskannya berlahan. “Semua pasti kecewa saat kau mengumumkan rencana pertunanganmu dengan gadis itu kan?” Iris berwarna gelapnya kembali menatap sesosok patung pria yang sangat mirip dengan manusia itu. “Semua tidak rela mendengar kau pindah dan menetap diluar negri, terlebih bersama gadis beruntung yang telah kau pilih,” Gadis itu masih terus menatap patung itu seakan sesosok yang dia ajak bicara sedang memperhatikannya.


“Dan kau ingat bukan saat terakhir kali kau memakan sup ayam buatanku? Sup yang membuat kita bisa dekat,” Dia kembali tersenyum hangat. Matanya seolah menghilang saat tersenyum dan hanya meninggalkan lengkungan indah diwajahnya, senyuman khas dari gadis pecinta seni rupa ini. “Maaf ya kalau sup terakhir buatanku itu tidak enak,” Ucapnya sambil mengusap lembut pipi sang patung penuh kasih sayang.





“Cih! Sial! Sial! Sial!” Umpat pemuda dengan model rambut Fauxhawk. Memukuli pohon besar yang sengaja ditanam ditaman sekolah itu. “Brengsek! Brengsek!” Kedua tinjunya yang kuat berkali-kali ia hantamkan kepohon yang tidak bersalah apa-apa sampai jari-jarinya memerah dan lecet.


“Kau baik-baik saja Kresna Prabu Nugraha?” Suara lembut dari seorang wanita itu membuat kepalanya menoleh kiri-kanan. Tapi ternyata suara itu berasal dari balik pohon yang sedang ia pukuli.


Gadis itu tersenyum. Mata berkacamata dengan bingkai hitam tebal itu seolah terpejam saat dia tersenyum. Sudah menjadi ciri khasnya sebagai kutu buku yang sedikit pemalu. “Eh...” Sang pemuda membalas dengan senyuman yang dipaksakan, sedikit heran apa yang dilakukan gadis itu dibawah pohon ditaman sekolah sendirian.


Tapi tidak perlu heran lebih lama karena dirinya melihat kotak bekal dipangkuan gadis yang duduk dirumput yang hijau dan terawat itu. “Kau sedang apa disini, Putri Binar Violentina?” Balasnya persis menirukan gadis itu saat memanggilnya meski dia tahu jawabannya.


“Eh aku-” Melihat bekal dipangkuannya sebentar lalu kembali menatap wajah pemuda yang biasa dipanggil Kresna oleh teman-temannya, “-sedang makan siang.” Jawabnya kembali tersenyum manis.


“Kau selalu membawa bekal sendiri?” Kresna mendekati gadis berponi rata itu. “Boleh duduk disini?” Lalu meminta ijin untuk duduk disamping Vio, yaah siapa tahu mengobrol dengan gadis yang hampir tidak pernah dilirik siswa lelaki ini bisa membuatnya sedikit terhibur. Dan gadis yang jika dilihat dengan seksama nampak cantik itu mengangguk, mengijinkan Kresna duduk disampingnya.


“Memangnya kenapa kau selalu membawa makanan sendiri?” Lanjut Kresna setelah duduk disamping Vio. Gadis berseragam sekolah yang sama sepertinya, baju putih berdasi merah-putih berpola kotak-kotak dengan bawahan yang senada dengan dasi berbentuk silang diujung kancingnya, seragam yang selalu rapi dan bersih tidak pernah berantakan seperti dirinya.


Gadis itu tersenyum memandang jauh kedepan, kesemak-semak hijau yang tak kalah terawat dari rumput yang didudukinya. “Kata ibu aku harus selalu menjaga kesehatan, dan kupikir makanan yang kubuat sendiri itu lebih sehat. Karena aku benar-benar tahu bagaimana keadaannya waktu masih mentah, aku tahu betul caraku mencucinya sudah bersih atau belum,” Jawabnya membuat pemuda itu ikut tersenyum.


“Emm... memangnya kau masak sesehat apa sih?” Ujar Kresna seolah benar-benar penasaran dengan masakan Vio.


“Sup sayuran dengan kaldu ayam,” Gadis itu membuka bekalnya. Sebuah kotak bento dengan tiga sekat dan menunjukkannya pada Kresna. Ada semangkuk kecil sup bertabur bawang goreng yang Vio ceritakan tadi, isinya bermacam-macam sayuran. Ada wortel, kubis, kentang, kacang polong dan suwiran daging ayam. Lalu disampingnya ada perkedel kentang dan tempe goreng, dikotak satunya berisi nasi dan sambal kecap sebagai pelengkap makan siangnya.


Kresna tampak antusias dengan bekal yang dibawa teman sekelasnya itu, “Waaahh sepertinya lezat.”


“Kau mau? Kalau kau mau ambilah,” Vio tersenyum dan menyodorkan kotak makanannya pada Kresna.


“Eeee...hehehe...bagaimana ya,” Ujar Kresna meringis. Menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Padahal kan dirinya hanya berbasa-basi karena dirinya tidak terlalu suka sayur, tapi melihat ketulusan yang terlukis diwajah Vio rasanya pemuda yang sedikit hyperaktif itu tidak tega untuk menolaknya. “Kalau kumakan bagaimana denganmu?” Kresna mencoba meyakinkan Vio, syukur-syukur kalau gadis itu tidak memaksanya.


“Tenang saja. Waktu sarapan tadi aku makan cukup banyak, jadi aku tidak lapar,” Jawabnya juga meyakinkan Kresna.


Yah. Mau bagaimana lagi Kresna-pun menerima kotak bekal makanan yang diberikan Vio dan mencium aromanya. “Hmmmm...harum sekali,” Kresna terlihat lucu saat mencium aroma makanan itu, ekspresinya mirip diiklan penyedap makanan yang sering ditonton Vio. Gadis itu-pun tersenyum malu-malu melihat tingkah Kresna yang setaunya memang selalu riang.


“Ayo cepat makan,” Ujar Vio dengan suaranya yang terkesan lembut.


“Baiklah...” Dengan senyum lebar pemuda itu menyendok sup yang diberikan Vio. Lalu memasukkan sesendok kuah sup beserta potongan ayam kedalam mulutnya dan mengunyahnya berlahan. Karena dirinya tidak suka sayur Kresna mencoba meresapi rasa makanan itu, sedangkan Vio memiringkan kepalanya berharap Kresna akan menyukai sup-nya. “Huuupmmmhh...waaaaaaaahhh...ini lezat sekali! Benar-benar lezat aku tidak bohong,” Tidak disangkanya ternyata sup buatan Vio memang benar-benar lezat. Bahkan seorang picky eater seperti Kresna mengakui masakkan sederhana buatan Vio benar-benar lezat. Apa kabar ibunya yang selalu memaksa Kresna memakan sayur mengetahui hal ini?


Vio tersenyum lega. Lalu membetulkan letak kacamatanya yang sedikit melorot, “Syukurlah. Kalau begitu habiskan.” Perintahnya.


“Tapi yakin kau tidak mau?” Kresna kembali memastikan sup itu benar-benar untuknya. Kali ini kalau gadis itu menolak lagi, dirinya akan benar-benar menghabiskan semua makanan ini. Dan sepertinya dugaannya benar, gadis itu menggeleng pelan menandakan makanan itu sudah diikhlaskan untuknya.


“Kau saja aku tidak lapar. Sungguh.”


'Krrrruuukkk...kkrrruuukk...’ Sayangnya perut gadis penyuka warna ungu itu tidak bisa berbohong. Keduanya bertatapan lalu tertawa menertawakan suara perut gadis yang kini wajahnya sudah semerah udang rebus.


“Kalau begitu ayo makan bersama-sama,” Cengiran pemuda itu tidak mampu lagi membuat Vio menolak ajakannya. Gadis itu mengangguk pelan dan mengambil sepotong tempe goreng dan menggigitnya berlahan.


“Sendoknya Cuma satu bagaimana caranya kau makan sup-nya ya?” Wajah Kresna tampak tak enak saat menyadari sendoknya hanya satu, memang pastinya Vio tidak membawa sendok lagi karena biasanya dia hanya makan sendirian.


“Kalau begitu kau saja yang memakannya, aku makan tempe dan perkedel ini saja,” Vio berusaha membuat Kresna merasa tidak enak.


“Jangan begitu. Ini kan bekalmu,” Lalu Kresna menyendok sup itu. “Kalau begini saja bagaimana?” Kresna mendekatkan sendok bekasnya yang sudah berisi wortel. Mencoba menyuapi Vio.


“Eh tapi...” Vio membulatkan matanya sedikit kaget dan tentu saja canggung. Seumur-umur dirinya tidak pernah disuapi pria lain selain ayahnya, itu-pun saat dirinya sakit.


Seakan menyadari keraguan Vio, Kresna mencoba meyakinkan. “Mulutku bersih, kau tenang saja,” Lanjutnya dengan senyum lebar dan lagi-lagi senyuman itu tidak bisa membuat gadis berkulit seputih susu itu menolaknya.


Vio membuka mulutnya dengan ragu, menerima suapan dari pemuda yang lumayan mempunyai banyak penggemar disekolahnya ini. Entah apa kabar dirinya jika kejadian langka ini diketahui penghuni sekolah lain, mungkin akan menjadi headline berita mading didepan sana.


Pipi yang kini merona itu bergerak berlahan saat dirinya mengunyah makanan yang diberikan Kresna, entah hanya perasaannya saja atau bagaimana makanan itu rasanya lebih lezat dari sebelumnya. 


“Jadi apa sebenarnya yang membuatmu kesal tadi?” Tanya Vio tiba-tiba, mencoba menetralisir perasaannya sendiri yang sedikit rumit dengan kejadian ini.


“Oh tidak, aku hanya kalah bertanding basket dengan ketua Osis,” Jawab Kresna dengan wajah sedikit kecewa.


Mengerjapkan matanya sedikit tak percaya. “Kau kalah dengan adik kelas?” Sedetik kemudian gadis itu memegang perutnya, menahan tawa mendengar pengakuan Kresna.


“Kenapa kau tertawa?" Tanya Kresna mendeathglare Vio.


“Um. Tidak-tidak.” Vio menggeleng dengan cepat takut pemuda itu benar-benar tersinggung. “Hanya saja kehebatanmu bermain basket kan sudah sangat terkenal disekolah?”


“Itu masalahnya. Kau tau kan betapa malunya kalau kau jadi aku?” Jawab Kresna memainkan sendok yang dipegangnya, menyiratkan kekesalan. “Semua menertawakanku. Teman-temanku marah karena aku membuat tim kalah,” Sesalnya. Entah kenapa itu membuat wajahnya jadi terlihat lebih lucu.


Vio tersenyum geli mendengarnya. “Sudahlah, fokus kita adalah ujian akhir kan? jangan bebankan pikiranmu dengan hal semacam itu. Kita sudah mau masuk kuliah, kurasa tidak pantas jika hanya memikirkan kepopuleran dan gengsi,” Ucap Vio panjang lebar, membuat Kresna tersenyum. Dirinya sedikit sadar, kelakuan bodoh semacam itu hanya dilakukan anak SMA bukan?


“Hehehe...baiklah. Aku mengerti, kalau begitu ayo kita habiskan supnya,” Ucap Kresna kembali bersemangat lalu menyendok makanannya lagi, dan tingkahnya itu lagi-lagi membuat Vio tertawa.


Setelah beberapa saat keduanya tampak sedikit lebih lepas. Terutama Vio yang biasanya canggung saat mengobrol dengan laki-laki yang tidak akrab dengannya itu tampak terus tertawa lepas dan sesekali menerima suapan sup dari Kresna. Sepertinya pribadi Kresna yang humoris dan cuek membuatnya lebih mudah berteman dengan Kresna daripada teman pria yang lainnya.


Sejak saat itu hubungan keduanya menjadi semakin akrab dan dekat, setiap kali bel istirahat Kresna dan Vio selalu menghabiskan waktu dibawah pohon itu. Membicarakan banyak hal, tentang sekolah dan beberapa hal pribadi. Beberapa siswi juga menyebar gosip bahwa mereka telah berpacaran, awalnya gadis yang berpenampilan sedikit ketinggalan tren itu bersusah payah menjelaskan bahwa mereka hanya teman. Namun Kresna memintanya untuk tidak menghiraukan apa perkataan orang lain. Meski didalam hati gadis pendiam itu sepertinya berharap bahwa gosipnya akan segera menjadi kenyataan.


Iya. Sang gadis pendiam dan pemalu itu jatuh cinta, jatuh cinta pada sahabatnya yang lucu dan cuek. Sahabat yang kadang bersikap konyol dan membuat pipinya bersemu merah saat bersamanya. Matanya yang selalu memancarkan semangat keceriaan, tawanya yang begitu lepas sampai saat marahnya-pun gadis itu suka. Iya dia benar-benar jatuh cinta, cinta pertamanya dan seharusnya dia berjuang untuk memilikinya. Tapi sayangnya cinta itu harus dia kubur dalam-dalam dihatinya, gadis itu tidak mau Kresna membencinya. Vio lebih memilih untuk mengubur cinta itu agar wanginya tak sempat tercium siapapun. Vio sadar siapa dirinya, meski Kresna adalah sahabatnya tapi bukan berarti pemuda itu mencintainya, bukan berarti pemuda itu juga ingin memilikinya. Dia pernah mendengar sebuah lagu, bahwa selalu dan hanya wanita yang cantik saja yang akan dipilih. Sedangkan siapalah dirinya, hanya gadis kutu buku yang ketinggalan tren. Kresna sahabatnya pasti juga akan memilih gadis yang cantik seperti remaja wanita seperti pada umumnya kan?


Seharusnya dia bersyukur bukan? Kresna mau menjadikannya teman disaat gadis-gadis lain juga ingin dekat dengan pemuda penuh semangat itu?




‘Pip’ Sebuah ponsel berkedip diatas nakas samping ranjang berukuran queen. Lalu si empunya yang masih berselimut dengan nyaman mencoba meraih ponsel itu dengan tangan kanannya. Setelah benda berukuran 4,7 inch itu ada ditangannya, dia memicingkan matanya agar lebih jelas membaca pesan yang masuk karena dirinya sedang tidak menggunakan kacamatanya.

KRESNA
KRESNA

Kapan kau akan masuk kesekolah lagi?
Aku merindukanmu, kau tau?

Sen 07.00



Gadis yang wajahnya terlihat pucat itu tersenyum membaca pesan singkat dari sahabat sekaligus pria yang dicintainya. Mungkin untuk sebagian orang kata rindu kepada seorang sahabat itu wajar, beda lagi dengan seseorang yang sedang jatuh cinta seperti Vio. Setiap kata akan diartikan cinta, setiap pertanyaan akan diartikan cinta, secuil perhatian akan diartikan cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar